Jumat, Desember 03, 2010

fun

On Goin my new fun till late nite. sumtimes my BF complain...i know he complain for good things...love him love my fun too...love you both

capture morning moment at office

isnt really early morning at office but raining day makes it like too early and mellow

Kamis, Desember 02, 2010


beginilah euforia kalo lagi sale.... ini si tantekyu tercinta bener-bener deh kreatifnyah. pake difoto segala. yaaaaahhhhh maklumlah jiwa narsisme gw titantangin gitu loh hahahahha

Rabu, Desember 24, 2008

intermezo...untuk kita..hari ini

sebenarnya setiap kali menulis blog...saya pasti sudah menulisnya dulu di windows word
tapi...kali ini enggak...
lagi kepingin mencoba jadi lebih spontan
salah nggak ya saya ketika bertanya kepada anda...
apa yang anda cari dalam hidup?
bukan karena saya tidak tahu...
saya cuma kepingin tahu apakah yang kita cari sama...
apakah kita punya tujuan yang sama???
kalau anda ditanya apa hidup itu...
saya teringat seseorang pernah berkata
hidup itu soal memilih...

buat saya hidup bukan sekedar memilih...
hidup itu tentang memilih...lalu kemudian dengan jalan yang mana dan dengan cara apa kita menjalani pilihan-pilihan kita tersebut...
ya nggak?????
coba kita sama-sama renungkan lagi

Kamis, Desember 11, 2008

secangkir kopi di stasiun

Secangkir Kopi di Stasiun…

Jangan berharap banyak dari cerita yang akan saya tuliskan ini.
Tidak akan ada gerbong kereta api di sini…
Tidak akan ada cerita roman dalam kisah ini…
Saya hanya akan menuturkan fakta, tentunya terbungkus oleh subjektifitas saya sebagai seorang penulis…
Menuturkan fakta dan menumpahkan uneg-uneg

Sudah sepuluh hari saya menjadi seorang pekerja…
akhirnya saya bekerja juga ^_^
Suatu hal yang masih kabur dalam imaji saya sampai sepuluh hari yang lalu
Hingga akhirnya saya masuk kerja
Apalah artinya sepuluh hari yang sudah saya lewati ini
Ini baru episode pengantar dalam dunia kerja
Ini baru ‘Assalamualaikum’…
Namun perlahan tapi pasti kabur itu mulai menerang…

Sebagai seorang sarjana akuntansi pekerjaan saya sekarang baru masuk dalam tahap mengenal lingkungan kerja secara umum
Belum ada persoalan akuntansi yang berarti

Saya bekerja DI STASIUN…
Jangan bayangkan saya bekerja di stasiun kereta api…
Jangan bayangkan pula saya bekerja di stasiun pengisian bahan bakar
Apalagi membayangkan saya bekerja di stasiun radio ‘tempat anak gaul mangkal’
Hahahahaha…
It’s not where I am…

Saya bekerja di stasiun meteorologi yang secara umum berkaitan dengan flight forecast
Sebelum bekerja saya selalu diwanti-wanti oleh ibu saya
JANGAN SOTOY…Jangan sok tau..Jangan sombong…hargai setiap orang, jangan melihat pangkatnya, golongannya, lulusan mana
Karena sejatinya saya hanya seorang mahasiswa yang baru tamat S1
Karena pengalaman kerja saya NOL…
Memang omongan orang tua benar adanya, walau banyak juga lulusan PTN ternama bahkan lulusan Luar negeri yang bekerja disini namun, ditempat kerja yang baru saya juga saya banyak bertemu dengan senior-senior yang berpengalaman walau hanya sebatas lulus SMA, D1, atau DIII
Kalau dipikir-pikir lagi, kenapa pula saya harus sok tau atau merasa lebih hebat.
Kantor kami hanya punya lima karyawan perempuan yang stand by di kantor termasuk saya, sedangkan dua yang lain bertugas dibandara…
Hari ini ada seminar dari kantor pusat, maka kami para perempuan ini menjelma menjadi EO terbaik se-Palembang Darussalam…
Saya dengan perasaan biasa-biasa saja menyiapkan makanan dan kopi lalu bersama ibu wid , teman sekantor saya, mengantarkannya kepada para tamu dari kantor pusat
Ketika acara selesai, kami para perempuan ngobrol-ngobrol santai
Lalu bu wid bertanya saya kok mau yah mengantarkan kopi dan makanan padahal saya sarjana…
Sampai saat itu saya hanya bisa bengong ompong, saya tidak mengerti maksudnya apa… lalu saya hanya bisa senyum-senyum bingung hehehehe

Saya tidak menganggap hal ini terlalu serius. Saya lebih melihat bahwa gelar dan pendidikan adalah sesuatu yang penting untuk menunjang karier dan eksistensi dikantor. Bukan berarti mengesahkan hadirnya stratifikasi yang sifatnya hierarki dikantor. Saya juga tidak berharap terus mengaduk kopi untuk orang lain seakan itu adalah tugas utama saya. Apalagi mengingat jumlah perempuan yang minim di kantor saya. Sudah sewajarnya saya menjadi pekerja yang Multi Tasking. Buat saya ini hanya kejadian insidentil semata.
Biasa-biasa saja… Toh memang sudah ada OG yang mengerjakannya, hanya saja ibu wid tidak tega menyuruhnya masuk ke ruang radar atau ruang seminar dengan menggunakan kaos oblong dan celana pendek dimana disana ada banyak orang ‘penting’
Buat saya ini…Hanya secangkir kopi di satsiun…
Itu saja…

Selasa, November 04, 2008

Barack Obama an American Tale

Barack Obama an American Tale;
individual liberty national unity

Saya bersyukur dan bangga, saya hidup dan melihat peristiwa yang akan menjadi sejarah dunia.
Barack Husein Obama menjadi presiden kulit hitam pertama dalam sejarah AS
Lalu kenapa saya begitu perduli, kenapa banyak orang perduli, kenapa Indonesia perduli
Tentu saja saya, kita, Indonesia harus perduli. Karena Amerika Serikat merupakan negara adi kuasa yang memiliki kebijakan politik luar negeri aktif. Karena siapa pun yang dipilih rakyat amerika, kebijakannya berampak pada dunia. ya..berdampak kepada kita-kita ini..
Awalnya saya skeptis menanggapi popularitas barack obama, popular belum tentu jadi pemenang. Apalagi ketika pemilu berlangsung, tidak ada seorang pun yang tahu siapa yang dipilih oleh kebanyakan rakyat Amerika di bilik kecil tempat pemilihan berlangsung.
Barack Obama dan Joe Biden akan memimpim Amerika Serikat empat tahun kedepan.
Sesaat yang lalu saya baru saja menyaksikan pidato kemenangan Obama.
Saya begitu terpaku pada sosok Obama yang hanya saya lihat dari tv.
Saya mengerti mengapa Obama dikatakan sebagai orator ulung.
Obama punya karisma pemimpin. Mampu berbicara lantang namun masuk kerelung hati para pendengarnya. Obama memiliki keterikatan emosi dengan para pendukungnya. Obama seperti mengerti rakyatnya.Memberi begitu banyak energi positif pada setiap penekanan dan intonasi yang berbeda ketika ia berpidato.
Lewat layar televisi itu saya bisa lihat mereka yang berkumpul di lapanga terbuka di Chicago mendengar pidato Obama dengan tatapan bahagia dan bangga. Bahwa kemenangan Obama juga kemenangan mereka. Saya pun melihat Oprah Winfrey dengan memakai kaus hijaunya menitikkan air mata terharu dan bahagia.

Obama merupakan bukti bahwa Amerika Serikat banyak belajar.
Belajar untuk menghargai dan menghormati perbedaan
Berabad lalu kaum kulit hitam adalah budak belian yang di bawa ke Amerika.
Kaum kulit hitam dan kulit berwarna pernah menjadi penduduk yang dinomor duakan di negara tersebut.
Dan hari ini Amerika Serikat mempercayakan pemerintahannya kepada seorang Afro-Amerika.
Mempercayakan Obama sebagai Commander in Chief.
Satu hal yang perlu kita pelajari sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman.

Selama pidato kemenangannya saya terkesan dengan hal-hal yang dibicarakan Obama.
Ada satu hal yang paling menarik hati saya ketika ia berpidato
Salah satu kalimat dalam pidatonya adalah
Individual liberty national unity
Saya pun merindukan hal yang sama di negara kita tercinta
Saya menantikan kebebasan individu pun menginginkan kesatuan nasional kita sebagai bangsa.
Obama mengingatkan saya dan kita semua yang mendengarnya bahwa kedua hal tersebut bisa seiring sejalan
Karena banyak orang yang sibuk meminta kebebasan individu lalu melupakan integritas kita sebagai bangsa.
Bukan hal yang berlebihan ketika saya menginginkan spirit individual liberty national unity itu ada di sini
Indonesia tercinta ini

Wassalam-rahma-

Kamis, Oktober 23, 2008

Reuni

Tulisan ini saya maksudkan untuk sekedar menjaga kesadaran saya
Sebuah perjalanan spiritualitas yang belum usai


Lalu kenapa saya sudah berani menuliskan kisah ini kalau saya belum tahu ujungnya
Saudaraku—sayangnya ketika kita mencapai ujung dari cerita kita masing-masing kita sudah tak mampu merangkai kata, jangankan terbata bercerita, menghela nafas pun tidak
Sampai meninggalkan dunia ini pun kita belum mencapai akhir ceritanya
Saudaraku—kalian percaya ada hidup sesudah hidup ini?
Saya percaya, suatu akhir adalah awal dari sesuatu yang baru
Dunia adalah tempat persinggahan, jembatan yang menyilaukan, dan ujian terberat
Sesungguhnya saya masih tertatih-tatih untuk menuliskan ini, saya TAKUT
Tulisan ini adalah goretan kecil dengan harapan terus mengingatkan saya bahwa hidup ini rapuh

Kurang lebih dua minggu yang lalu sahabat saya kehilangan seorang anggota keluarganya, tepat setelah lebaran usai—kerabatnya meninggalkan dunia ini dengan segala urusan duniawinya
Sahabat saya tersentak, tergunjang, berhenti sejenak untuk meyakinkan diri bahwa ini benar terjadi
Lalu saya tanya bagaimana rasanya?shock—karena kemarin ia masih berpijak di bumi, karena sahabat saya masih bisa menatap matanya dan bergurau.

Kematian lebih mirip jambret—ketika kita sadar milik kita sudah tak ada
Ehmm—saya menghela nafas dan teringat kejadian setahun yang lalu
Saya kehilangan tante saya…
Saya tidak cukup dekat untuk bisa meresakan kehilangan yag mendalam seperti halnya sahabat saya
Akan tetapi kajadian itu benar-benar membuat saya TERTEGUN…
Tante saya pergi diusianya yang masih muda
Saat mendengar berita itu saya sedang berada dirumah sakit, menunggui mama yang sedang sakit
Setelah mendengar berita itu saya menghubungi kakak perempuan saya—seingat saya saat itu kakak perempuan saya berbicara lewat telefon dengan mama yang sedang terbaring sakit, memberikan mama semangat untuk terus bangkit dan percaya bahwa takdir punya jalannya sendiri
Bahwa ternyata tante yang sehat dan segar bugar itu telah menepati JANJInya pada Sang Khalik lebih dulu—dan mama yang terbaring dirumah sakit masih diberi kemudahan untuk menghirup udara sesukanya.
Membuat saya sadar bahwa saya sudah LENGAH—saya terlalu percaya diri
Sekian waktu saya habiskan dengan perasaan cemas—cemas dan takut ditinggalkan mama tercinta, tapi saya seperti diTAMPAR
Saya terlalu percayadiri menganggap mama yang akan meninggalkan saya
Bagaimana kalau sebenarnya…saya yang DULUAN
Hati saya gelisah, gundah, seperti dicubit-cubit
Saya takut MATI
Saya takut meninggalkan dunia…
Saya LEBIH takut menghadap sang pencipta tanpa bekal apa-apa
Itulah Turning Point--dalam hidup saya
Mulai berusaha memperbaiki diri, bersujud mohon ampun dan ingin memulainya dari awal
Tepat 5 Pebruari tahun lalu saya memulainya dengan memakai hijab(jilbab)
Bukan bebarti perjalanan telah selesai dan dosa telah terampuni
Saya baru memasang kuda-kuda—bukan tidak mungkin saya lelah ditengah perjalanan saya yang baru itu.
Jangan kira tanpa hambatan, karena sinisme itu datang dari orang-orang terdekat—yang saya harap mendukung dan memberi support kepada saya
Mereka malah menyepelekan dan menghujat

Itulah cobaan pertama saya ketika memutuskan untuk lebih spiritualis dan religius
Saya sempat tersinggung dengan celetukan seorang teman yang saya dengar.
Dia mengatakan bahwa pada intinya buat apa saya berjilbab tapi masih suka nongkrong (hang out) dengan pria-pria yang notabene teman hang out saya sehabis jam kuliah. Meremehkan saya bahwa perubahan itu tak begitu berarti jika sikap saya belum berubah total.
Saudaraku—saya manusia biasa yang menjalani semua garisan hidup ini dengan proses,sekali lagi PROSES
Saya berduka…karena saya baru saja memulai tapi sudah ada yang menjegal
Saya marah, kecewa, sakit hati, dan tersinggung. Berani-beraninya dia mengolok-olok saya, menilai saya sepintas lalu membuat asumsi seakan dia mengenal saya luar dalam. Dia dan saya sama-sama perempuan, sama-sama seorang muslim. Semestinya dia sadar bahwa hijab adalah kewajiban bagi seorang muslimah, bukan menunggu siap…kalau begitu banyak orang akan meninggalkan sholat dengan alasan belum siap. Dengan hati panas saya berkata “sadarkah DIA, dia toh tidak lebih baik dari saya”—lalu kemudian komposisi kalimat itu menggelitik saya. Seperti TERSADAR saya pun mengubah komposisinya--bagaimana kalau—“SAYA tidak lebih baik dari dia.”
Kurenungkan kembali dua kalimat ini.
Astargfirullahhalazim. I’ve been there, done that situation.
Saudaraku—saya mencoba mamaafkan teman saya dan moncoba berdamai dengan diri saya dimasa yang lalu. Saya pernah berada di sana dan mengolok-olok orang lain, seakan saya sempurna.
Mungkin Allah ingin saya bercermin dari teman saya ini, kembali mengingatkan saya bagaimana saya dahulu.
Saudaraku—manusia terbentuk dari sejarah hidupnya—tentu dengan segala kemauan dan kemampuannya untuk bertransformasi ke wujud yang lebih baik
Begitupun hidup yang saya jalani, hidup yang saya yakini hanya sebagai tempat persinggahan untuk mencari bekal.
Saudaraku—dan kisah ini pun masih akan bergulir bersama waktu…dan saya akan bereuni…seperti saat ini. Suatu saat nanti.

Wasalam-rahma-